Senin, 27 Agustus 2012

ADHD



Apa itu ADHD?
ADHD adalah singkatan dari Attention Deficit Hyperactive Disorder. Secara harfiah terjemahannya adalah gangguan hiperaktif defisit perhatian.
ADHD adalah gangguan mental yang terutama menyerang anak-anak. Para ahli percaya bahwa setidaknya tiga dari seratus anak usia 4-14 tahun menderita ADHD. Orang dewasa juga terpengaruh oleh ADHD, tetapi kerusakan yang ditimbulkan terhadap kehidupan anak seringkali jauh lebih besar karena efeknya terhadap keluarga, teman sekelas dan guru. ADHD dapat menyebabkan anak-anak tidak punya teman, sering membuat kekacauan di rumah dan sekolah dan tidak mampu menyelesaikan PR mereka.

Hiperaktivitas pada anak penderita ADHD seringkali mulai menjadi perhatian ketika anak-anak mulai berjalan. Satu dari tiga anak digambarkan hiperaktif oleh orang tuanya. Para guru menilai satu dari lima murid mereka hiperaktif.

Bahwa anak dinilai hiperaktif tidak selalu berarti mereka menderita ADHD. Untuk dapat disebut menderita ADHD, anak hiperaktif perlu memiliki karakteristik yang lebih banyak.  Berikut ini adalah beberapa karakteristik ADHD:
  • Tidak bisa duduk diam
  • Tidak bisa berkonsentrasi pada satu hal pada satu waktu
  • Melakukan aktivitas tanpa peduli efeknya
  • Mudah kehilangan sesuatu, lupa dan tidak dapat mengingat apa yang harus dilakukan
  • Banyak bertindak untuk menarik perhatian
  • Kesulitan belajar
  • Impulsif
  • Ceroboh
  • Membuat kecelakaan lebih dari anak-anak lain
  • Sulit diarahkan
  • Tantrum (mengamuk)
  • Agresif
Banyak peneliti mengungkapkan penderita ADHD dengan gangguan saluran cerna sering berkaitan dengan penerimaan  reaksi makanan tertentu. Teori tentang alergi terhadap makanan, teori feingold yang menduga bahwa salisilat mempunyai efek kurang baik terhadap tingkah laku anak, serta teori bahwa gula merupakan substansi yang merangsang hiperaktifitas pada anak. Disebutkan antara lain tentang teori megavitamin dan ortomolecular sebagai terapinya

Kerusakan jaringan otak atau 'brain damage yang diakibatkan oleh trauma primer dan trauma yang berulang pada tempat yang sama. Kedua teori ini layak dipertimbangkan sebagai penyebab terjadinya syndrome hiperaktifitas yang oleh penulis dibagi dalam tiga kelompok. Dalam gangguan ini terjadinya penyimpangan struktural dari bentuk normal oleh karena sebab yang bermacam-macam selain oleh karena trauma.  Gangguan lain berupa kerusakan susunan saraf pusat (SSP) secara anatomis seperti halnya yang disebabkan oleh infeksi, perdarahan dan hipoksia. 

Perubahan lainnya terjadi gangguan fungsi otak tanpa disertai perubahan struktur dan anatomis yang jelas. Penyimpangan ini menyebabkan terjadinya hambatan stimulus atau justru timbulnya stimulus yang berlebihan yang menyebabkan penyimpangan yang signifikan dalam perkembangan hubungan anak dengan orang tua dan lingkungan sekitarnya.

Penelitian dengan membandingkan gambaran MRI antara anak dengan ADHD dan anak normal, ternyata menghasilkan gambaran yang berbeda, dimana pada anak dengan ADHD memiliki gambaran otak yang lebih simetris dibandingkan anak normal yang pada umumnya otak kanan lebih besar dibandingkan otak kiri.

Dengan pemeriksaan radiologis otak PET (positron emission tomography) didapatkan gambaran bahwa pada anak penderita ADHD dengan gangguan hiperaktif yang lebih dominan didapatkan aktifitas otak yang berlebihan dibandingkan anak yang normal dengan mengukur kadar gula (sebagai sumber energi utama aktifitas otak) yang didapatkan perbedaan yang signifikan antara penderita hiperaktif dan anak normal.


FAKTOR RESIKO
Dalam melakukan deteksi dini gangguan perilaku ini maka perlu diketahui faktor resiko yang bisa mengakibatkan gangguan ADHD. Banyak bukti penelitian yang menunjukkan peranan disfungsi Susunan saraf pusat (SSP). Sehingga beberapa kelainan dan gangguan yang terjadi sejak kehamilan, persalinan dan masa kanak-kanak harus dicermati sebagai faktor resiko.

Selama periode kehamilan, disfungsi SSP disebabkan oleh gangguan metabolik, genetik, infeksi, intoksikasi, obat-obatan terlarang, perokok, alkohol dan faktor psikogenik.  Penyakit diabetes dan penyakit preeklamsia juga harus dicermati.

Pada masa persalinan, disebabkan oleh: prematuritas, post date, hambatan persalinan, induksi persalinan, kelainan letak (presentasi bayi), efek samping terapi, depresi sistem immun dan trauma saat kelahiran normal. Sedangkan periode kanak-kanak har5uis dicermati gangguan saluran cerna kronis, infeksi, trauma, terapi medikasi, keracunan, gangguan metabolik, gangguan vaskuler, faktor kejiwaan, keganasan dan terjadinya kejang. Riwayat kecelakaan hingga harus dirawat di rumah sakit,kekerasan secara fisik, verbal, emosi  atau merasa diterlantarkan. Trauma yang serius, menerima perlakuan kasar atau merasa kehilangan sesuatu selama masa kanak-kanak,  tidak sadar diri  atau pingsan.



DETEKSI DINI GEJALA HIPERAKTIF
Untuk dapat disebut memiliki gangguan ADHD, harus ada tiga gejala utama yang nampak dalam perilaku seorang anak, yaitu inatensi, hiperaktif, dan impulsif. Inatensi atau pemusatan perhatian yang kurang dapat dilihat dari kegagalan seorang anak dalam memberikan perhatian secara utuh terhadap sesuatu. Anak tidak mampu mempertahankan konsentrasinya terhadap sesuatu, sehingga mudah sekali beralih perhatian dari satu hal ke hal yang lain.

Gejala hiperaktif dapat dilihat dari perilaku anak yang tidak bisa diam. Duduk dengan tenang merupakan sesuatu yang sulit dilakukan. Ia akan bangkit dan berlari-lari, berjalan ke sana kemari, bahkan memanjat-manjat. Di samping itu, ia cenderung banyak bicara dan menimbulkan suara berisik.

Gejala impulsif ditandai dengan kesulitan anak untuk menunda respon. Ada semacam dorongan untuk mengatakan/melakukan sesuatu yang tidak terkendali. Dorongan tersebut mendesak untuk diekspresikan dengan segera dan tanpa pertimbangan. Contoh nyata dari gejala impulsif adalah perilaku tidak sabar. Anak tidak akan sabar untuk menunggu orang menyelesaikan pembicaraan. Anak akan menyela pembicaraan atau buru-buru menjawab sebelum pertanyaan selesai diajukan. Anak juga tidak bisa untuk menunggu giliran, seperti antri misalnya. Sisi lain dari impulsivitas adalah anak berpotensi tinggi untuk melakukan aktivitas yang membahayakan, baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain.

Selain ketiga gejala di atas, untuk dapat diberikan diagnosis hiperaktif masih ada beberapa syarat lain. Gangguan di atas sudah menetap minimal 6 bulan, dan terjadi sebelum anak berusia 7 tahun. Gejala-gejala tersebut muncul setidaknya dalam 2 situasi, misalnya di rumah dan di sekolah.

Manifestasi klinis yang terjadi sangat luas, mulai dari yang ringan hingga berat atau bisa terjadi dengan jumlah gejala minimal hingga lebih banyak gejala. Tampilan klinis ADHD tampaknuya sudah bisa dideteksi sejak dini Sejas usia bayi. Gejala yang harus lebih dicermati pada usia bayi adalah bayi yang sangat sensitive terhadap suara dan cahaya, menangis, menjerit, sulit untuk diam, waktu tidur sangat kurang dan sering terbangun, kolik, sulit makan atau minum susu baik ASI atau susu botol., tidak bisa ditenangkan atau digendong, menolak untuk disayang, berlebihan air liur, kadang seperti kehausan sering minta minum, Head banging (membenturkan kepala, memukul kepala, menjatuhkan kepala kebelakang) dan sering marah berlebihan.

Keluhan lain pada anak besar adalah anak tampak Clumsy (canggung), impulsif, sering mengalami kecelakaan atau jatuh,  perilaku aneh/berubah-ubah yang mengganggu, gerakan konstan atau monoton, lebih ribut dibandingkan anak lainnya. Agresif, Intelektual (IQ) normal atau tinggi tapi pretasi di sekolah buruk, Bila di sekolah kurang konsentrasi, aktifitas berlebihan dan tidak bisa diam, mudah marah dan meledak kemarahannya,  nafsu makan buruk. Koordinasi mata dan tangan jelek., sulit bekerjasama, suka menentang dan tidak menurut, suka menyakiti diri sendiri (menarik rambut, menyakiti kulit, membentur kepala dll) dan gangguan tidur.

Tanda dan gejala pada anak yang lebih besar adalah tindakan yang hanya terfokus pada satu hal saja dan cenderung bertindak ceroboh, mudah bingung, lupa pelajaran sekolah dan tugas di rumah, kesulitan mengerjakan tugas di sekolah maupun di rumah, kesulitan dalam menyimak,  kesulitan dalam menjalankan beberapa perintah, sering keceplosan bicara, tidak sabaran, gaduh dan bicara berbelit-belit, gelisah dan bertindak berlebihan, terburu-buru, banyak omong dan suka membuat keributan, dan suka memotong pembicaraan dan ikut campur pembicaraan orang lain

Gejala-gejala diatas biasanya timbul sebelum umur 7 tahun, dialami pada 2 atau lebih suasana yang berbeda (di sekolah, di rumah atau di klinik dll), disertai adanya hambatan yang secara signifikan dalam kehidupan sosial, prestasi akademik dan sering salah dalam menempatkan sesuatu, serta dapat pula timbul bersamaan dengan terjadinya kelainan perkembangan, skizofrenia atau kelainan psikotik lainnya20).

Tampilan lainnya pada anak dengan hiperaktif terjadi disorganisasi afektif, penurunan kontrol diri dan aktifitas yang berlebihan secara nyata.   Mereka biasanya bertindak 'nekat' dan impulsif, kurang sopan, dan suka menyela pembicaraan serta mencampuri urusan orang lain.   Sering kurang memperhatikan, tidak mampu berkonsentrasi dan sering tidak tuntas dalam mengerjakan sesuatu serta berusaha menghindari pekerjaan yang membutuhkan daya konsentrasi tinggi, tidak menghiraukan mainan atau sesuatu miliknya, mudah marah, sulit bergaul dan sering tidak disukai teman sebayanya.   Tidak jarang mereka dengan kelainan ini disertai adanya gangguan pertumbuhan dan perkembangan, tetapi tidak didapatkan kelainan otak yang spesifik.   Pada umumnya prestasi akademik mereka tergolong rendah dan minder.   Mereka sering menunjukkan tidakan anti sosial dengan berbagai alasan sehingga orangtua, guru dan lingkungannya memperlakukan dengan tidak tepat dan tidak menyelesaikan masalah.

Sekitar 50-60% penderita ADHD didapatkan sedkitnya satu gangguan perilaku penyerta lainnya. Gangguan perilaku tersebut adalah gangguan belajar, restless-legs syndrome, ophthalmic convergence insufficiency, depresi, gangguan kecemasan, kepribadian antisosia, substance abuse, gangguan konduksi dan perilaku obsesif-kompulsif.

Penderita ADHD terjadi disorganisasi afektif, penurunan kontrol diri dan aktifitas yang berlebihan secara nyata.   Mereka biasanya bertindak 'nekat' dan impulsif, kurang sopan, dan suka menyela pembicaraan serta mencampuri urusan orang lain.   Sering kurang memperhatikan, tidak mampu berkonsentrasi dan sering tidak tuntas dalam mengerjakan sesuatu serta berusaha menghindari pekerjaan yang membutuhkan daya konsentrasi tinggi, tidak menghiraukan mainan atau sesuatu miliknya, mudah marah, sulit bergaul dan sering tidak disukai teman sebayanya.   Tidak jarang mereka dengan kelainan ini disertai adanya gangguan pertumbuhan dan perkembangan, tetapi tidak didapatkan kelainan otak yang spesifik.   Pada umumnya prestasi akademik mereka tergolong rendah dan minder.   Mereka sering menunjukkan tidakan anti sosial dengan berbagai alasan sehingga orangtua, guru dan lingkungannya memperlakukan dengan tidak tepat dan tidak menyelesaikan masalah.

Resiko terjadi ADHD semakina meningkat bila salah satu saudara atau orang tua mengalami ADHD atau gangguan psikologis lainnya. Gangguan posikologis dan perilaku tersebut meliputi gangguan bipolar, gangguan konduksi, depresi, gangguan disosiatif, gangguan kecemasan, gangguan belajar, gangguan mood, gangguan panic, obsesif-kompulsif, gangguan panic disertai goraphobia. Juga kelainan perilaku lainnnya seperti gangguan perkembangan perfasif  termasuk gangguan Asperger, Posttraumatic stress disorder (PTSD), Psychotic, Social phobia, ganggguan tidur, sindrom Tourette dan ticks.


DIAGNOSIS ADHD 
       Diagnosa hiperaktifitas tidak dapat dibuat hanya berdasarkan informasi sepihak dari orang tua penderita saja tetapi setidaknya informasi dari sekolah, serta penderita harus dilakukan pemeriksaan meskipun saat pemeriksaan penderita tidak menunjukkan tanda-tanda hiperaktif, dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi saat pemeriksaan dan kemungkinan hal lain yang mungkin mejadi pemicu terjadinya hiperaktifitas.Pada beberapa kasus bahkan membutuhkan pemeriksaan psikometrik dan evaluasi pendidikan. Hingga saat ini belum ada suatu standard pemeriksaan fisik dan psikologis untuk hiperaktifitas. Ini berarti pemeriksaan klinis haruslah dilakukan dengan sangat teliti meskipun belum ditemukan hubungan yang jelas antara jenis pemeriksaan yang dilakukan dengan proses terjadinya hiperaktifitas.   Beragam kuesioner dapat disusun untuk membantu mendiagnosa, namun yang terpenting adalah perhatian yang besar dan pemeriksaan yang terus-menerus, karena tidak mungkin diagnosa ditegakkan hanya dalam satu kali pemeriksaan.

Bila didapatkan seorang anak dengan usia 6 hingga 12 tahun yang menunjukkan tanda-tanda hiperaktif dengan prestasi akademik yang rendah dan kelainan perilaku, hendaknya dilakukan evaluasi awal kemungkinan

Untuk mendiagnosis  ADHD digunakan kriteria DSM IV yang juga digunakan, harus terdapat 3 gejala : Hiperaktif, masalah perhatian dan masalah konduksi.

HIPERAKTIFITAS
  • Sering merasa gelisah tampak pada  tangan, kaki dan menggeliat dalam tempat duduk
  • Sering meninggalkan tempat duduk dalam kelas atau situasi lain yang mengharuskan tetap duduk.
  • Sering berlari dari sesuatu atau memanjat secara berlebihan dalam situasi yang tidak seharusnya (pada  dewasa atau remaja biasanya terbatas dalam keadaan perasaan tertentu atau kelelahan ) 
  • Sering kesulitan bermain atau sulit mengisi waktu luangnya dengan tenang.
  • sering berperilaku seperti mengendarai motor
  • Sering berbicara berlebihan 


IMPULSIF
a.Sering mengeluarkan perkataan tanpa berpikir, menjawab pertanyaan sebelum pertanyaannya selesai.
b. Sering sulit menunggu giliran atau antrian 
c. Sering menyela atau memaksakan terhadap  orang lain (misalnya dalam percakapan atau permainan).

Penyakit mental
Orang tidak kesulitan memahami gejala sakit fisik. Misalnya, jika anak sakit atau mengalami infeksi sehingga demam, orang ingin segera bertindak untuk menolong. Tetapi jika gangguan terjadi di otak anak, pusat kendali tubuh, orang bisa kesulitan memahaminya.

Sebuah cacat kecil di otak dapat mengganggu mental sehingga anak bertindak aneh atau sulit ditangani. Lengan yang patah menimbulkan simpati orang, tapi sistem sel otak yang “patah” tidak membuat orang prihatin. Alih-alih membantu, kadang-kadang orang berkomentar seperti: “Kamu jangan nakal”, “Orang tuanya tidak bisa mendidik!,” atau “Dasar anak bandel” kepada anak penderita ADHD. Mereka tidak menyadari bahwa anak-anak itu tidak dapat mengendalikan perilakunya sendiri.

Anak-anak penderita ADHD berperilaku sama dengan anak normal lainnya, tetapi karena mereka sakit, mereka tidak bisa berhenti. Anak-anak kecil biasa berlarian mengelilingi ruangan, tapi anak penderita ADHD berlari seperti mobil balap yang remnya blong.

Penyebab
1. Genetik/keturunan
Penyebab pasti dari ADHD belum diketahui. Ada banyak penelitian tentang etiologi (penyebab) ADHD, tetapi tidak ada kesimpulan yang tegas dari riset-riset tersebut. Tampaknya reseptor tertentu di otak yang biasanya menanggapi neurotransmiter yang disebut dopamin tidak bekerja dengan benar. Kemungkinan besar, dopamin tidak diproduksi pada tingkat normal dalam otak. Kekurangan dopamin ini mengganggu proses kognitif seperti fokus dan perhatian.

Temuan ini meningkatkan bukti bahwa ADHD adalah suatu kondisi yang diwariskan. Jika salah satu kembar identik memiliki gejala ADHD, kembar lain memiliki risiko 75-91% memiliki gangguan yang sama. Anak-anak penderita ADHD cenderung memiliki salah satu kerabat dekat yang juga ADHD. Sepertiga pria penderita ADHD sewaktu masih kecil mempunyai anak yang juga menderita ADHD. (ADHD lebih banyak terjadi pada pria dibandingkan wanita dengan perbandingan 3:1).

2. Kondisi kelahiran
Situasi kelahiran juga tampaknya memengaruhi risiko ADHD. Bukti menunjukkan bahwa anak-anak yang lahir dengan berat kurang dari 1500 gram atau melalui komplikasi kelahiran lebih rentan terhadap ADHD.

3. Makanan beracun, obat dan residu pestisida
Faktor lain yang sedang diselidiki untuk mengetahui perannya dalam ADHD adalah eksposur selama kehamilan terhadap logam beracun (seperti timbal, merkuri, dll), zat aditif  makanan (MSG, pewarna buatan, dll) dan obat-obatan (alkohol, obat bius, dll).

Sebuah studi baru di Pediatrics telah membuat hubungan antara paparan organofosfat, pestisida digunakan pada buah-buahan dan tanaman sayuran, dengan ADHD pada anak. Organofosfat membunuh hama pertanian dengan bertindak sebagai neurotoksin pada serangga. Temuan mereka menunjukkan bahwa anak-anak yang terlahir dari ibu yang memakan buah mengandung residu organofosfat di atas ambang batas memiliki risiko ADHD dua kali lipat dibandingkan dengan anak-anak umumnya.

PENANGANAN DINI HIPERAKTIFITAS
     Melihat penyebab ADHD yang belum pasti terungkap dan adanya beberapa teori penyebabnya, maka tentunya terdapat banyak terapi atau cara dalam penanganannya sesuai dengan landasan teori penyebabnya.
Terapi medikasi atau farmakologi adalah penanganan dengan menggunakan obat-obatan. Terapi ini hendaknya hanya sebagai penunjang dan sebagai kontrol terhadap kemungkinan timbulnya impuls-impuls hiperaktif yang tidak terkendali.   Sebelum digunakannya obat-obat ini, diagnosa ADHD haruslah ditegakkan lebih dulu dan pendekatan terapi okupasi lainnya secara simultan juga harus dilaksanakan, sebab bila penanganan hanya diutamakan obat maka tidak akan efektif secara jangka panjang.
Terapi nutrisi dan diet banyak dilakukan dalam penanganan penderita.  Diantaranya adalah keseimbangan diet karbohidrat, penanganan gangguan  pencernaan (Intestinal Permeability or "Leaky Gut Syndrome"), penanganan  alergi makanan atau reaksi simpang makanan lainnya. Feingold Diet dapat dipakai sebagai terapi alternatif yang dilaporkan cukup efektif.  Suatu substansi asam amino (protein), L-Tyrosine, telah diuji-cobakan dengan hasil yang cukup memuaskan pada beberapa kasus, karena kemampuan L-Tyrosine mampu mensitesa (memproduksi) norepinephrin (neurotransmitter) yang juga dapat ditingkatkan produksinya dengan menggunakan golongan amphetamine.
Beberapa terapi biomedis dilakukan dengan pemberian suplemen nutrisi, defisiensi mineral,  essential Fatty Acids, gangguan metabolisme asam amino  dan toksisitas Logam berat. Terapi inovatif yang pernah diberikan terhadap penderita ADHD adalah terapi EEG Biofeed back, terapi herbal, pengobatan homeopatik dan pengobatan tradisional  Cina seperti akupuntur.
Terapi yang diterapkan terhadap penderita ADHD haruslah bersifat holistik dan menyeluruh. Penanganan ini hendaknya melibatkan multi disiplin ilmu yang dilakukan antara dokter, orangtua, guru dan lingkungan yang berpengaruh terhadap penderita secara bersama-sama.  Penanganan ideal harus dilakukan terapi stimulasi dan terapi perilaku secara terpadu guna menjamin keberhasilan terapi.
Untuk mengatasi gejala gangguan perkembangan dan perilaku pada  penderita ADHD yang sudah ada dapat dilakukan dengan terapi okupasi. Ada beberapa terapi okupasi untuk memperbaiki gangguan perkembangan dan perilaku pada anak yang mulai dikenalkan oleh beberapa ahli  perkembangan dan perilaku anak di dunia, diantaranya adalah sensory Integration (AYRES), snoezelen, neurodevelopment Treatment (BOBATH), modifukasi Perilaku, terapi bermain dan terapi okupasi lainnya

STIMULASI DINI 
Terapi modifikasi perilaku harus melalui pendekatan perilaku secara langsung, dengan lebih memfokuskan pada perunahan secara spesifik. Pendekatan ini cukup berhasil dalam mengajarkan perilaku yang diinginkan, berupa interaksi sosial, bahasa dan perawatan diri sendiri. Selain itu juga akan mengurangi perilaku yang tidak diinginkan, seperti agrsif, emosi labil, self injury dan sebagainya. Modifikasi perilaku, merupakan pola penanganan yang paling efektif dengan pendekatan positif dan dapat menghindarkan anak dari perasaan frustrasi, marah, dan berkecil hati menjadi suatu perasaan yang penuh percaya diri.
Terapi bermain sangat penting untuk mengembangkan ketrampilan, kemampuan gerak, minat dan terbiasa dalam suasana kompetitif dan kooperatif dalam melakukan kegiatan kelompok. Bermain juga dapat dipakai untuk sarana persiapan untuk beraktifitas dan bekerja saat usia dewasa. Terapi bermain digunakan sebagai sarana pengobatan atau terapitik dimana sarana tersebut  dipakai untuk mencapai aktifitas baru dan ketrampilan sesuai dengan kebutuhan terapi.
Dengan bertambahnya umur pada seorang anak akan tumbuh rasa tanggung jawab dan kita harus memberikan dorongan yang cukup untuk mereka agar mau belajar mengontrol diri dan mengendalikan aktifitasnya serta kemampuan untuk memperhatikan segala sesuatu yang harus dikuasai, dengan menyuruh mereka untuk membuat daftar tugas dan perencanaan kegiatan yang akan dilakukan sangat membantu dalam upaya mendisiplinkan diri, termasuk didalamnya kegiatan yang cukup menguras tenaga (olah raga dll) agar dalam dirinya tidak tertimbun kelebihan tenaga yang dapat mengacaukan seluruh kegiatan yang harus dilakukan. Nasehat untuk orangtua, sebaiknya orang tua selalu mendampingi dan mengarahkan kegiatan yang seharusnya dilakukan si-anak dengan melakukan modifikasi bentuk kegiatan yang menarik minat, sehingga lambat laun dapat mengubah perilaku anak yang menyimpang. Pola pengasuhan di rumah, anak diajarkan dengan benar dan diberikan pengertian yang benar tentang segala sesuatu yang harus ia kerjakan dan segala sesuatu yang tidak boleh dikerjakan serta memberi kesempatan mereka untuk secara psikis menerima petunjuk-petunjuk yang diberikan.

Umpan balik, dorongan semangat, dan disiplin, hal ini merupakan pokok dari upaya perbaikan perilaku anak dengan memberikan umpan balik agar anak bersedia melakukan sesuatu dengan benar disertai dengan dorongan semangat dan keyakinan bahwa dia mampu mengerjakan, pada akhirnya bila ia mampu mengerjakannya dengan baik maka harus diberikan penghargaan yang tulus baik berupa pujian atupun hadiah tertentu yang bersifat konstruktif.   Bila hal ini tidak berhasil dan anak menunjukkan tanda-tanda emosi yang tidak terkendali harus segera dihentikan atau dialihkan pada kegiatan lainnya yang lebih ia sukai. Strategi di tempat umum, terkadang anak justru akan terpicu perlaku distruktifnya di tempat-tempat umum, dalam hal ini berbagai rangsangan yang diterima baik berupa suasana ataupun suatu benda tertantu yang dapat membangkitkan perilaku hiperaktif / destruktif haruslah dihindarkan dan dicegah, untuk itu orang tua dan guru harus mengetahui hal-hal apa yang yang dapat memicu perilaku tersebut. Modifikasi perilaku, merupakan pola penanganan yang paling efektif dengan pendekatan positif dan dapat menghindarkan anak dari perasaan frustrasi, marah, dan berkecil hati menjadi suatu perasaan yang penuh percaya diri.

Rabu, 25 Juli 2012

JENIS-JENIS ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS


Jenis-jenis anak berkebutuhan khusus

Setelah dilakukan beberapa deteksi tumbuh kembang di atas, orang tua maupun pendidik dapat mengetahui jenis kebutuhan yang diperlukan anak. 
Adabeberapa kategori anak berkebutuhan khusus yang dapat diindentifkasi. Adapun jenis kategori tersebut antara lain :
a. Anak dengan gangguan penglihatan (Tuna Netra)Tuna netra adalah gangguan daya penglihatan, berupa kebutaanmenyeluruh atau sbagian, dan walaupun mereka telah diberipertolongan alat bantu khusus mereka masih tetap mendapatPendidikan khusus.Kehilangan kemampuan penglihatan adalah suatu kondisidimana fungsi penglihatannya mengalami penurunan mulai dari derajatyang ringan hingga yang paling berat.
 Ada dua kategori besar yangtergolong dengan kehilangan kemampuan penglihatan yaitu:
1)Low vision yaitu, orang yang mengalami kesulitan untukmenyelesaikan tugas-tugasnya yang berkaitan dengan penglihatannamun dapat menyelesaikan tugas tersebut dengan menggunakan strategi pendukung penglihatan, melihat dari dekat, penggunaanalat-alat bantu dan juga modifikasi lingkungan sekitar.
2) Kebutaan yaitu, orang yang kehilangan kemampuan penglihatanatau hanya memiliki kemampuan untuk mengetahui adanya cahayaatau tidak.
Penyebab terjadinya kehilangan kemampuan penglihatan adalahkarena adanya permasalahan pada struktur atau fungsi dari mata.
Ciri-ciri Tuna Netra :Anak-anak dengan gangguan penglihatan dapat dietahui dengan cirri-ciri berikut- Tidak mampu melihat- Tidak mampu mengenali pada jarak 6 meter- Kerusakan nyata pada kedua bola mata- Sering meraba-raba/tersandung waktu berjalan- Mengalami kesulitan saat mengambil benda kecil di sekitarnya- Bagian bola mata yang hitam berwarna keruh/bersisik/kering- Peradangan hebat pada kedua bola mata- Posisi mata sulit dikendalikan oleh syaraf otak, antara lain mata bergoyang-goyang terus

b. Anak dengan gangguan pendengaran ( Tuna Rungu )

Keadaan kehilangan pendengaran meliputi seluruh gradasi /tingkatan baikringan, sedang, berat dan sangat berat yang akan mengakibatkan pada gangguan komunikasi dan bahasa. Ketunarunguan ini dapat digolongkan dalamkurang dengar atau tuli.Gangguan pendengaran merupakan gangguan yang menghambatproses informasi bahasa melalui pendengaran, dengan maupun tanpa alatpengeras, bersifat permanen maupun sementara, yang mengganggu prosespembelajaran anak.
Penyebab gangguan pendengaran terbagi dalam dua kategori, yaitu :
1) Faktor genetik. Pengaruh genetik dapat menyebabkan cacat tulang telingabagian tengah, sehingga mengakibatkan berkurangnya pendengaran.
2) Faktor lingkungan/pengalaman. Lingkungan yang mempengaruhipendengaran biasanya berupa serangan penyakit, misalnya campak,radang telinga, pemakaian obat-obatan,trauma suara terlalu keras. \
Anak dengan gangguan pendengaranBerdasarkan tingkat keberfungsian telinga dalam mendengar bunyi,
ketunarunguan dapat diklasifikasikan ke dalam empat kategori, yaitu:
1. Ketunarunguan ringan, yaitu kondisi di mana orang masih dapat mendengar bunyidengan intensitas 20-40 dB (decibel, disingkat dB, ukuran untuk intensitas/tekananpada bunyi)). Mereka sering tidak menyadari bahwa sedang diajak bicara,mengalami sedikit kesulitan dalam percakapan.
2. Ketunarunguan sedang, yaitu kondisi di mana orang masih dapat mendengar bunyidengan intensitas 40-65 dB. Mereka mengalami kesulitan dalam percakapan tanpamemperhatikan wajah pembicara, sulit mendengar dari kejauhan atau dalamsuasana gaduh, tetapi dapat terbantu dengan alat bantu dengar (hearing aid).3. Ketunarunguan berat, yaitu kondisi di mana orang hanya dapat mendengar bunyidengan intensitas 65-95 dB. Mereka sedikit memahami percakapan pembicara bilamemperhatikan wajah pembicara dengan suara keras, tetapi percakapan normalpraktis tidak mungkin dilakukannya, tetapi dapat terbantu dengan alat bantudengar.
4.Ketunarunguan parah , yaitu kondisi di mana orang hanya dapat mendengar bunyidengan intensitas 95 dB atau lebih keras. Percakapan normal tidak mungkinbaginya, ada yang dapat terbantu dengan alat bantu dengar tertentu, sangatbergantung pada komunikasi visual.Ciri-ciri Tuna Rungu :
1. Tidak mampu dengar
2. Terlambat perkembangan bahasa
3. Sering menggunakan isyarat dalam berkomunikasi
4. Kurang / tidak tanggap bila diajak bicara
5. Ucapan kata tidak jelas
6. Kualitas suara aneh/monoton.
7. Sering memiringkan kepala dalam usaha mendengar
8. Banyak perhatian terhadap getaran
9. Keluar nanah dari kedua telinga
10. Terdapat kelainan organis telinga

c. Anak retardasi mental( Tuna Garhita )

Adalah individu yang secara signifikan memiliki intelegensi di bawahintelegensi normal dengan skor IQ sama atau lebih rendah dari 70. 
Tunagrahita dapat diklasifikasikan kedalam tiga kelompok :
1. Kelompok mampu didik, IQ 68-782. Kelompok mampu latih, IQ 52-553. Kelompok mampu rawat, IQ 30-40Tunagrahita adalah kondisi kelainan/keterbelakangan mental, (retardasimental) atau tingkah laku akibat kecerdasan yang terganggu, yang disebabkan olehfungsi-fungsi kognitif yang sangat lemah. Adakalanya cacat mental dibarengi dengancacat fisik sehingga disebut cacat ganda . Misalnya, cacat intelegensi yang merekaalami disertai dengan keterbelakangan penglihatan (cacat pada mata), ada juga yangdisertai dengan gangguan pendengaran. 
Adanya cacat lain selain cacat intelegensi inilah yang menciptakan istilah lain untuk anak tunagrahita yakni cacat ganda.
American Association on Mental Retardation mendefinisikan anak dengan keterbelakang mental adalah anak-anak yang memilikifungsi intelektual di bawah rata-rata, terlihat memiliki kesulitan dalamperilaku adaptif yang dimunculkan melalui kesulitan membuat konsep,keterampilan sosial dan praktik perilaku adaptif dan terjadi padarentang usia perkembangannya yaitu di bawah 18 tahun. 
Penyebab terjadinya keterbelakangan mental ini terbagi atas:
1)Saat prenatal, biasanya dikarenakan adanya abnormalitas darikromosom. Contohnya adalahDown Syndrome, Fragile X Syndrome, Prader-Willi syndrome, Fetal alcohol syndrome,Phenylketonuria,infeksi yang disebabkan oleh virus Toxoplasmosis.
2)Saat Perinatal, biasanya terjadi selama atau seketika setelah anaklahir. Anak yang lahir prematur dengan berat badanlahir rendah,sangat kecil, kekurangan oksigen pada waktu lahir, penggunaanalat bantu sepertiforcep yang kurang tepat.
3)Post natal, bisa saja ketika selama kehamilan dan saat kelahirananak tidak mengalami gangguan apapun namun setelah itu anakterkena radang otak seperti encephalitis, keracunan timbal dangangguan lain yang menyebabkan kerusakan otakmaka kondisi inidapat menyebabkan terjadinya keterbelakangan mental pada anak.Ciri-ciri Tuna GrahitaPenampilan fisik tidak seimbang, misalnya kepala terlalu kecil/besarTidak dapat mengurus diri sendiri sesuai usiaPerkembangan bicara/bahasa terlambatTidak ada/kurang sekalai perhatiannya terhadap lingkungan (pandangankosong),Koordinasi gerakan kurang (gerakan sering tidak terkendali)Sering keluar ludah (cairan) dari mulut (ngiler)

d. Anak dengan kelainan fisik ( Tuna Daksa)

Merupakan gangguan fisik yang berkaitan dengan tulang, otot, sendi dan sistempersarafan, sehingga memerlukan pelayanan khusus. Salah satu contoh adalahCerebral Palsy. Cerebral Palsy (CP, Kelumpuhan Otak Besar) adalah suatu keadaanyang ditandai dengan buruknya pengendalian otot, kekakuan, kelumpuhan dangangguan fungsi saraf lainnya. CP bukan merupakan penyakit dan tidak bersifatprogresif (semakin memburuk).CP bisa disebabkan oleh cedera otak yang terjadi pada saat bayi masihberada dalam kandungan, proses persalinan berlangsung, bayi baru lahir, anakberumur kurang dari 5 tahun. Akan tetapi kebanyakan penyebabnya tidak diketahui.Sebagian lagi kasus terjadi akibat cedera lahir dan berkurangnya aliran darah ke otaksebelum, selama dan segera setelah bayi lahir. Bayi prematur sangat rentan terhadapCP, kemungkinan karena pembuluh darah ke otak belum ‘berkembang secara sempurna dan mudah mengalami perdarahan atau karena tidak dapat mengalirkanoksigen dalam jumlah yang memadai ke otak.Gangguan ini biasanya berpengaruh pada gerakan kasar dangerakan halus dari seseorang. Gangguan ini bisa bersifat ringanhingga yang berat.Contoh Tuna Daksa lainnya adalah :1. Kelainan bawaan yang menyebabkan terjadinya telapak kakirata, jumlah anggota tubuh yang tidak lengkap atau berlebih.2. Penyakit seperti poliomyelitis, TBC tulang dll3.Penyebab lain seperti gangguan neurologis dan lingkungan,yang menyebabkan cerebral palsy, spina bifida, amputasi,retak atau terbakar).Cerebral palsy merupakan gangguanpada fisik yang cukup banyak dikenal orang. Jenis-jenis dariCerebral Palsy adalah: Anak dengan kelainan fisik / Tuna DaksaCiri-ciri Tuna Daksa
1. Anggota gerak tubuh kaku/lemah/lumpuh,
2. Kesulitan dalam gerakan (tidak sempurna, tidak lentur/tidak terkendali),
3. Terdapat bagian anggota gerak yang tidak lengkap/tidak sempurna/lebih kecil daribiasa,
4. Terdapat cacat pada alat gerak,
5. Jari tangan kaku dan tidak dapat menggenggam
6. Kesulitan pada saat berdiri/berjalan/duduk, dan menunjukkan sikap tubuh tidak normal

e. Anak unggul dan berbakat istimewa ?

Definisi menurut IDEA adalah anak yang memiliki kemampuanyang melebihi dari kemampuan orang lain pada umumnya dan mampuuntuk menunjukkan hasil kerja yang sangat tinggi. Keberbakatan inidapat dilihat dari berbagai area seperti: kemampuan intelektual secaraumum, akademis yang khusus, berfikir kreatif, kepemimpinan, seni,dan psikomotor. Seorang anak dapat dikatakan berbakat apabila iamemiliki kemampuan yang diatas rata-rata, memiliki komitmentterhadap tugas yang tinggi dan juga kreatif.

f. Anak dengan hambatan berbicara dan bahasa

Menurut IDEA (Individuals with Disabilities Education Act ) tahun1997, gangguan ini mengacu pada gangguan komunikasi sepertigagap, gangguan artikulasi, gangguan bahasa, atau gangguan suarayang berdampak pada hasil pembelajaran seorang anak. 
Penyebab terjadinya gangguan bicara dan berbahasa pada anak dapat dilihatdari berbagai faktor yaitu:
1) Secara biologis, dimana masalah itu berkaitan dengan susunansaraf pusat atau struktur dan fungsi dari sistem lain di dalam tubuh.Misalkan: langit-langit mulut yang tidak sempurna, lidah yang tebaldan pendek
2) Lingkungan, dimana anak yang mengalami gangguan ini dikarenamendapat infeksi telinga yang berulang yang berakibat mengganggupendengarannya atau sampai membuat ketulian. Hal lain yang jugaberkontribusi adalah penelantaran dan perlakuan salah pada anak.



g. Anak berkesulitan belajar

Anak berkesulitan belajar spesifik adalah anak yang mengalamikesulitan belajar karena ada gangguan persepsi.
 Ada tiga bentuk kesulitanbelajar anak, yakni kesulitan di bidang matematika atau berhitung (diskalkulia),kesulitan membaca (disleksia), kesulitan berbahasa (disphasia), dan kesulitanmenulis (disgraphia). 
Anak kesulitan belajar juga kesulitan orientasi ruang danarah, misalnya sulit membedakan kiri-kanan, atas-bawah.Tanda-tanda disleksia, antara lain, tidak lancar atau ragu-ragu dalammembaca, membaca tanpa irama (monoton), dan kesulitan mengeja. Tanda-tanda disgraphia, misalnya, tulisan sangat jelek, terbalik-balik, dan seringmenghilangkan atau malah menambah huruf. Sedangkan, tanda-tandadiskalkulia, misalnya kesulitan memahami simbol matematika.
Penyebab terjadinya kesulitan belajar pada seorang anak adalah:
1) Faktor fisiologis, seperti kerusakan otak, keturunan, dan ketidakseimbangan proses kimia dalam tubuh.
2) Faktor lingkungan, gizi yang buruk, keracunan, kemiskinan.

h. Anak dengan Gangguan Spektrum Autis

Akhir-akhir ini jumlah anak yang mengalami gangguan spektrumautis mengalami peningkatan. Anak dengan gangguan spektrum autisadalah anak yang mengalami gangguan perkembangan yangdimanifestasikan dalam hambatan komunikasi verbal dan non verbal,masalah pada interaksi sosial, gerakan yang berulang dan stereotip,sangat terganggu dengan perubahan dari suatu rutinitas, memberikanrespon yang yang tidak sesuai terhadap rangsangan sensoris.
Penyebab terjadinya gangguan spektrum autis dapat dibagi menjadi:
1) Faktor biologis, seperti DNA, multi genetik.
2) Faktor otak, adanya abnormalitas di otak kecil yang mengendalikankoordinasi motorik, kognisi dan keseimbangan. Bersamaan denganitu juga ada ditemukan abnormalitas di lobus frontal (yangmengendalikan fungsi sosial dan kognitif) dan lobus temporal (untukmemahami ekspresi muka, tanda-tanda sosial dan memori).
3) Faktor lingkungan, seperti penelantaran dari keluarga ternyata dapatmemperburuk kondisi dari anak dengan gangguan spektrum autis.

Ciri-ciri anak Autis :

1. Gangguan dalam bidang komunikasi verbal maupun non verbal :- Terlambat bicara atau tidak dapat berkomunikasi- Mengeluarkan kata-kata yang tidak dapat dimengerti orang lain (bahasaPlanet)- Tidak mengerti dan tidak mengeluarkan kata-kata dalam konteks yang sesuai(Gangguan bahasa ekspresif dan reseptif)- Bicara tidak digunakan untuk komunikasi- Meniru atau membeo (ekolalia). Beberapa anak sangat pandai menirukannyanyian, nada maupun kata-katanya, tanpa mengerti artinya- Kadang bicaranya monoton (seperti robot)- Mimik datar.
2.. Gangguan dalam bidang interaksi sosial- menolak atau menghindar untuk bertatap mata- tidak menoleh bila dipanggil. Karena hal ini, sering diduga bahwa anakmengalami ketulian- merasa tidak senang dan menolak bila dipeluk- tidak ada usaha untuk melakukan interaksi dengan orang lain- bila ingin sesuatu, ia menarik tangan orang yang terdekat danmengharapkan tangan tersebut melakukan sesuatu untuknya- bila didekati untuk bermain justru menjauh- tidak berbagi kesenangan untuk orang lain.
3.. gangguan dalam bidang perilaku dan bermain :- umumnya ia seperti tidak mengerti cara bermain.- bermain sangat monoton, stereotipik- ada keterpakuan pada mainan atau benda-benda tertentu (sepertirod/sesuatu yang berputar)

Senin, 23 Juli 2012

Anak Berkebutuhan Khusus

Anak berkebutuhan khusus (Heward) adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik. Yang termasuk kedalam ABK antara lain: tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, kesulitan belajar, gangguan prilaku, anak berbakat, anak dengan gangguan kesehatan. istilah lain bagi anak berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa dan anak cacat. Karena karakteristik dan hambatan yang dimilki, ABK memerlukan bentuk pelayanan pendidikan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan potensi mereka, contohnya bagi tunanetra mereka memerlukan modifikasi teks bacaan menjadi tulisan Braille dan tunarungu berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat. Anak berkebutuan khusus biasanya bersekolah di Sekolah Luar Biasa (SLB) sesuai dengan kekhususannya masing-masing. SLB bagian A untuk tunanetra, SLB bagian B untuk tunarungu, SLB bagian C untuk tunagrahita, SLB bagian D untuk tunadaksa, SLB bagian E untuk tunalaras dan SLB bagian G untuk cacat ganda.